Aku dan Kampung Halaman

Sukadana, Jum’at 06 November 2020

     Perkenalkan nama saya Eci Hardiyanti, saya lahir di desa yang sederhana pada umumnya dan istimewa pada khususnya. Disini juga saya dibesarkan hingga saya menempuh pendidikan Sekolah Dasar. Saya adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara, aku memiliki 2 kakak, 1 abang dan 1 adik. Namun kakak pertamaku sudah meninggal sejak lahir. Sekarang aku tinggal bersama ibu dan adikku. Mengapa demikian? Karena ayah dan ibuku telah berpisah sedangkan kakak dan abang ikut bersama ayah yaitu di Medan, Sumatera Utara. Aku ditinggalkan ayah dan saudaraku sejak berumur 8 tahun. Disini aku mengalami patah hati yang sangat dalam ketika melihat ayah dan ibuku berpisah. Beberapa tahun berlalu hingga aku sampai berumur 18 tahun, tak kusadari aku sudah tumbuh besar tanpa ayah dan sekarang aku sudah menjadi mahasiswa namun masih semester 1 awal. Aku berkuliah di IAIN Pontianak. Mungkin itulah perkenalan tentang aku.
    Selanjutnya tentang kampung halamanku yaitu Desa Sei. Paduan. Didesa ini aku tinggal di salah satu gang atau jalan yaitu jl. Parit Gunung. Mengapa disebut parit gunung karena disini ada parit sepanjang jalan sampai tiba ke laut dan kemudian kami tinggal di tepian gunung. Gunung yang dimaksud ialah gunung 7. Desa ini sangat sejuk dan indah di pagi hari karena suasana pegunungan. Tentu aku merasa bahagia sekali sebab masa kecilku penuh dengan hal yang menarik. Di masa kecilku, aku suka memanah burung dan mengambil sarang burung yang ada telur burung didalamnya. Sarang burung itu berada di atas pohon salah satunya ialah pohon mangga. Tentu burung tersebut sangat sedih karena kehilangan telurnya yang belum sempat menetas menjadi anak. Begitulah keadaan masa kecilku di desa ini walau hanya sampai berumur 8 tahun namun sangat bahagialah masa kecilku.
Pesan dari cerita ini ialah “lebih baik sehari dikampung sendiri daripada seribu tahun di kampung orang”.
“Jagalah kampungmu maka Allah akan menjagamu”


Komentar