"Ibuku Malaikatku"

Nama: Eci Hardiyanti 
Deskripsi Biografi: Ibu


Mendengar kata ibu, mungkin semua orang tidak heran lagi meskipun menggunakan penyebutan yang berbeda misalnya umi, mama, dan lain-lain. Ibu ku bernama Nahdaliana. Beliau lahir pada tanggal 12 Mei 1971 tepatnya di Desa Sei Paduan kec. Teluk batang. 

Aku juga mencintai ayahku, tapi aku lebih mencintai ibuku sebab katanya ibu bisa menjadi seorang ibu dan seorang ayah sedangkan ayah tidak bisa menjadi seorang ibu. 

Ibuku tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu putih, karena di zaman remajanya ibu bekerja keras hingga bisa menjadi guru. Makanya ibu tidak seperti guru yang lain, ibu lebih sederhana. Namun ketabahannya, wibawanya dan sikapnya yang lemah lembut membuat orang mungkin menyukainya. 

Bagiku, setiap harinya ibu sangat cantik meskipun ibu tidak berdandan. Bahkan untuk pergi mengajar saja ibu tidak terlalu menor. Itulah mengapa aku menyebut ibu itu sosok yang sederhana. Dalam berpakaian, ibu tidak suka terlalu berfashion. Ibu lebih mementingkan kebutuhan anak-anak daripada dirinya sendiri. 

Walaupun ibu seorang guru, tapi ibu ialah sosok wanita yang senang hidup sederhana dan tidak tertarik dengan kemewahan. Bagi ibu, kebahagiaan anak-anak ialah yang utama. Karena keterbatasan ekonomi ini, ibu membelakangkan semua itu yang penting kami bisa sekolah hingga selesai. Mengapa aku tidak menyinggung soal ayah? Karena ibu dan ayahku tidak lagi satu atap. 

Dalam mendidik anak-anak, ibu tidak pernah kasar, membentak, memukul dan sebagainya. Ibu selalu menasehati dengan baik yaitu dengan kelembutan. Ibu bukanlah sosok yang tidak pernah marah, tetapi marahnya ibu tidak seperti orang yang marah. Ibu tidak pernah mematahkan hati anak-anaknya dengan ucapannya, tidak pernah membuat kami merasa tersinggung, kesal dan sebagainya. 

Ibu sekarang sudah berumur 48 tahun. Ibu adalah seorang guru di SDN 06 Sukadana yang berada di daerahku. Sudah puluhan tahun ibu menjabat sebagai guru. Meskipun begitu, kadang ekonomi kami masih mengalami kesulitan. Karena ibu menanggung jawabi 5 orang anak sekaligus serta keperluan-keperluan lainnya yang lebih penting. Kadang ibuku bekerja sampingan untuk menutupi kekurangan sehari-hari dirumah. 

Namun, yang paling membanggakan ialah ibu tidak pernah mengeluh dan selalu bersyukur terhadap apa yang terjadi walaupun aku tahu dari raut wajahnya ia sedang kesusahan. Namun ibu tetap menguatkan kami agar selalu tabah dan tidak banyak mengeluh dengan keadaan sebab semua orang pasti punya rejeki masing-masing. 

Melihat keadaan hidup yang seperti ini, ibu selalu berkata "nak, kejarlah pendidikanmu hingga engkau bisa menjadi seperti ibu. Jangan khawatir, karena niatmu yang bersungguh-sungguh ibu akan mengusahakannya".  Mungkin itulah yang membuat aku kuat hingga saat ini, aku berusaha untuk kuat dan tidak berfoya-foya kecuali sebatas keperluan kuliah. 

Aku tidak berani untuk menuntut apa-apa terhadap ibu, bahkan untuk keperluan kuliah yang biayanya besar saja aku takut untuk mengungkapkannya. Aku takut semua itu menjadi beban bagi ibu. Jadi, aku membicarakan semua ini pelan-pelan agar ibu tidak kaget saat mendengarnya. 

Ibu ialah orang yang hebat, meskipun dengan keterbatasan penghasilan ibu mampu menyekolahkan aku sampai selesai dan hingga aku menjadi mahasiswa sampai sekarang. Aku tidak bisa berkata apa-apa, bagiku ibu ialah bidadari tak bersayap namun seperti malaikat penyelamatku. 

Dengan berdayung sendiri, ibu mampu menghidupi keluarga kecil ini. Meskipun dengan keterbatasan yang kami punya, aku selalu bahagia karena sesulit apapun keadaannya ibu tetap memancarkan senyuman manis di wajahnya. Aku salut terhadap ibu, ibu adalah sosok yg kuat walau sering kali tertimpa masalah. Ibu kadang kesusahan, saat berkebutuhan penting yg serempak dengan kebutuhan anak. Hingga akhirnya ibu mengalah, karena ibu menganggap anak ialah prioritas. Anaklah yang anak menjaga dan merawat jika ibu sudah tidak berdaya lagi. 

Sudah puluhan tahun juga ibu hidup tanpa suami, namun semangatnya tak pernah pudar. Karena ia masih dapat memeluk anak-anaknya dan melihat keceriaan dari wajah anak. Sungguh ibu wanita tangguh, aku bangga memiliki ibu seperti ibu ku ini. Aku beruntung karena ibu tidak pernah memarahiku seperti orangtua kebanyakan memarahi anaknya dengan kelewatan. 

Aku, orang yang selalu di sisi ibu. Tempat ibu curhat tentang apa saja. Ibu sangat terbuka denganku. Aku pun juga terbuka dengan ibu dalam masalah apapun atau dengan siapa pun bahkan dengan hal perasaan aku selalu menceritakannya ke ibu. Karena bagiku ibu adalah tempat curhat ternyaman, tidak semua ibu bisa begini. Kadang ada juga ibu ibu yang lain memarahi anaknya jika terlalu terbuka. 

Namun itu salah, jika ibu mendengarkan cerita anaknya maka ibu akan tahu seperti apa anaknya dan masa remaja yang dilaluinya, begitulah ibuku. Ibu tidak pernah marah walaupun aku menceritakan hal pribadi, ibu hanya menasehati saja "nak, jaga diri baik-baik, jangan buat ibu kecewa dan teruslah membuat ibu bangga seperti yang dulu hingga sekarang". 

Aku juga beruntung mengapa? Karena setiap ibu rapat, pertemuan atau makan-makan di kantor ibu membawa makannya pulang. Aku bertanya"kenapa ibu tidak memakannya sebelum pulang?" Ibu menjawab "ibu tidak betah, ibu memikirkan anak-anak dirumah, masak ibu makan enak sedangkan anak tidak". Ibu tidak pernah memakan makanannya walaupun ia lapar, ia lebih memilih membawa pulang makanan agar dapat dinikmati bersama.

Sungguh mulianya hati ibu, aku terkadang meneteskan air mata karena aku tidak sabar ingin membahagiakan ibu. Kadang aku berpikir,  apakah jika suatu saat aku mempunyai anak, aku akan bersikap demikian. Mulia dan tabahnya hati ibu membuat aku termotivasi hingga aku hampir sama seperti ibu yaitu memiliki sikap sabar. 

Banyak teman-teman bercerita bahwa ibunya kasar, suka mematahkan hati anaknya hingga ada yang ingin pergi dari rumah karena bertengkar dengan ibunya sendiri. Namun tidak dengan aku, aku tidak pernah bertengkar dengan ibu. Karena aku hanya diam saat ibu menegur karena aku salah. Aku hanya mendengarkan apa yang dikatakan ibu kemudian aku memaknainya dalam hati dan pikiran. 

Sebesar apapun kesalahanku, ibu tidak pernah cuek, acuh bahkan buang muka terhadapku. Paling ibu hanya diam dan jika waktunya sudah tepat ibu akan menasehati dikala aku sendiri bukan di khalayak ramai. Ibu tidak ingin aku malu bahkan jengkel terhadapnya. Ibu sejauh ini sudah memberikan nasehat-nasehat terbaik yang ia punya. Hatiku terasa tenang tanpa adanya rasa ingin marah jika mendengar ibu berbicara. 


Ibu sangat menginginkan aku sukses, karena di zaman ia sekolah ia sambil bekerja hanya untuk biaya sekolah bahkan sampai tinggal di tempat orang. Ibu juga bilang ia sekolah berjalan kaki dan bersepeda dengan jarak yang jauh. Bahkan saat sudah menjadi guru, ibu pergi mengajar dengan mengendarai sepeda. Maka dari itu ibu tidak mau aku merasakan apa yang ia rasakan. Cukup sudah penderitaan orang tua jangan sampai tiba ke anak. 


Mungkin jika menceritakan sosok ibu tidak ada habis-habisnya. Ibu ialah wanita terbaik sepanjang masa dan ibu terbaik yg aku punya. Walaupun orang lain tidak menganggap ibu baik, namun hingga mati pun ibu ialah wanita paling baik bagiku. Aku sangat mencintai ibu, tanpa ibu aku tidak bisa apa-apa dan tidak akan menjadi apa-apa. I miss you so much mom❤️🧕

Komentar